Wechler
(1958) merumuskan inteligensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif.”
Rumusan-rumusan
tersebut mengungkapkan bahwa makna inteligensi mengandung unsur-unsur yang sama
dengan yang dimaksudkan dalam istilah intelek, yang menggambarkan kemampuan
seseorang dalam berpikir dan betindak. Berhubungan dengan masalah kemampuan
itu, para ahli psikologi telah mengembangkan berbagai alat ukur (tes
inteligensi) untuk menyatakan tingkat kemampuan berpikir atau inteligensi
seseorang. Salah satu tes inteligensi yang terkenal adalah tes yang
dikembangkan oleh Alferd Binet (1857-1911). Binet, seorang ahli ilmu jiwa
(psycholog) Perancis, merintis mengembangkan tes inteligensi yang agak umum.
Tes Binet ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut terkenal
dengan sebutan “Tes Binet Simon”. Hasil tes inteligensi dinyatakan dalam angka,
yang menggambarkan perbandingan antara umur kemampuan mental atau kecerdasan
(mental age disingkat MA) dan umur kalender (chronological age disingkat CA).
Pengukuran tingkat inteligensi dalam bentuk perbandingan ini diajukan oleh
William Stern (1871-1938), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman, dengan
sebutan Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan
kecerdasan
Apabila
tes tersebut diberikan kepada anak umur tertentu dan ia dapat menjawab dengan
betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannya (MA) sama dengan umur kalender
(CA), maka nilai IQ yang didapat anak itu sama dengan 100. Nilai ini
menggambarkan kemampuan seorang anak yang normal. Anak yang berumur, misalnya 6
tahun hanya dapat menjawab tes untuk anak umur S tahun, akan didapati nilai IQ
di bawah 100 dan ia dinyatakan sebagai anak berkemampuan di bawah normal,
sebaliknya bagi anak umur S tahun tetapi telah dapat menjawab dengan benar tes
yang diperuntukkan bagi anak umur 6 tahun, maka nilai IQ anak itu di atas 100,
dan ia dikatakan sebagai anak yang cerdas.
Pada
usia remaja, IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang
terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, dan gambar-gambar) dan
menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar kemudian
membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang
terpercaya). Dengan cara itu didapatkan nilai IQ orang yang bersangkutan. Untuk
anak-anak cara menghitung IQ adalah dengan menyuruh anak untuk melakukan
pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya menghitung sampai
10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan, membuka pintu dan menutupnya
kembali). Jumlah pekerjaan yang biasa dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan
suatu daftar untuk mengetahui umur mental (MA) anak. Makin banyak yang bisa
dijawab atau dikerjakan anak dengan betul, makin tinggi usia mentalnya.
Penjelasan di atas HANYA SEBAGIAN KECIL dari makalah nya. Untuk lebih lengkapnya, bisa download makalah nya langsung:
untuk word disini
untuk powerpoint disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar