my picture

Sabtu, 29 September 2012

HUBUNGAN ANTARA KURIKULUM DENGAN STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN PADA SMA DAN SMK


Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 

Pendidikan nasional harus mampu

Sabtu, 01 September 2012

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN BAKAT


Wechler (1958) merumuskan inteligensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.”

Rumusan-rumusan tersebut mengungkapkan bahwa makna inteligensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah intelek, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan betindak. Berhubungan dengan masalah kemampuan itu, para ahli psikologi telah mengembangkan berbagai alat ukur (tes inteligensi) untuk menyatakan tingkat kemampuan berpikir atau inteligensi seseorang. Salah satu tes inteligensi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alferd Binet (1857-1911). Binet, seorang ahli ilmu jiwa (psycholog) Perancis, merintis mengembangkan tes inteligensi yang agak umum. Tes Binet ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut terkenal dengan sebutan “Tes Binet Simon”. Hasil tes inteligensi dinyatakan dalam angka, yang menggambarkan perbandingan antara umur kemampuan mental atau kecerdasan (mental age disingkat MA) dan umur kalender (chronological age disingkat CA). Pengukuran tingkat inteligensi dalam bentuk perbandingan ini diajukan oleh William Stern (1871-1938), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman, dengan sebutan Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan kecerdasan